Asal Usul Camilan Gurih Ikonik Hong Kong, Siu Mai

Publisher Vol/Ivn Kuliner
24 Feb 2021, 13:29:48 WIB
Asal Usul  Camilan Gurih Ikonik Hong Kong, Siu Mai

siu mai menjadi makanan yang banyak dijumpai di HongKong / Pinterest


Vokalonline.com- Dilansir dari CNN Indonesia -- Ketika cahaya matahari mulai digantikan dengan pendar bulan dan lampu-lampu kota, pedagang kaki lima di Hong Kong mulai 'hidup.'

Para pekerja keluar dari kantor dan berbondong-bondong ke kawasan pinggir kota untuk makan cepat. Di Tuen Mun, lingkungan pinggiran kota di ujung barat laut Hong Kong, sebuah antrean terbentuk di luar Yue Lai Lao Zhu Snacks, etalase toko yang tidak mencolok di jalan yang ramai.Sebagian besar orang adalah komuter yang mampir dalam perjalanan pulang kerja. Mereka datang untuk membeli sekotak makanan khas toko: siu mai, pangsit kukus yang dibuat dari daging babi, udang, jamur, dan terkadang pasta ikan.

Di antara fanatik siu mai, Yue Lai Lao Zhu adalah standar emas di Hong Kong. Pemiliknya, Patrick Chu, membuka tokonya pada tahun 2001, membuat siu mai berdasarkan resep ayahnya.

Siu mai, di Indonesia biasa dikenal dengan siomai merupakan makanan jalanan alias street food pokok. Salah satu bagian dari dim sum ini mudah dikenali dari kulit luarnya yang berwarna kekuningan dan juga taburan kecil berwarna oranye, biasanya telur kepiting atau wortel. Untuk menikmatinya, shumai dicelupkan dalam minyak cabai dan kecap asin.

Mengutip Goldthread dari South China Morning Post, di Hong Kong, siu mai bisa ditemukan di mana-mana, dari warung pinggir jalan sampai restoran dim sum kelas atas. Bukan hanya jadi comfort food buat warga lokal dan pekerja yang butuh makan cepat, siu mai juga populer bagi turis. Buat mereka ini adalah makanan yang nyaman dan menyenangkan.

"Siu mai adalah bagian dari kehidupan masyarakat Hong Kong," kata Chu.

Meskipun versi Kanton sekarang adalah versi siu mai yang paling dikenal, banyak catatan sejarah mengatakan bahwa hidangan tersebut sebenarnya berasal lebih jauh di Hohhot, ibu kota wilayah otonom Mongolia Dalam di China. Di sana, itu dikenal sebagai suumai, yang diterjemahkan menjadi "tanpa didinginkan" dalam bahasa Mongolia. Kata itu menjelaskan bagaimana orang harus memakannya saat masih panas. Alih-alih daging babi, suumai terdiri dari daging kambing yang diisi dengan daun bawang dan jahe. Namun Chu punya cerita lain tentang asal nama siu mai.

"Menurut saya yang dimaksud koki dengan suumai adalah dia ingin mereka menjual seperti kue panas," kata Chu. Dalam bahasa China, siu berarti "bakar" dan mai berarti "jual."

Saat ini, ada berbagai jenis siu mai di seluruh dunia, di Jepang, Indonesia, Filipina, dan Vietnam, serta di banyak bagian Cina. Mereka berbeda dalam jenis daging, bumbu dan aromatik yang digunakan.

(chs)

Berita Terkait :




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment