- Kepala Sekolah SDN 019 Kampung Dagang Apresiasi Keberhasilan Siswa dalam Pidacil
- LAMR Inhil Gelar Syukuran dan Buka Puasa Bersama Menyambut Gubernur Riau
- Polsek Pelangiran Tingkatkan Kamtibmas Selama Ramadhan dengan Pengamanan Ibadah
- Buka Puasa dan Bagi Takjil Bersama PSHT Kotogasib, IPSI, JMSI, dan Satlantas Polres Siak
- Berjalan Sangat Baik Tanpa Sengketa, Pemkab Apresiasi Pilkada 2024
- Polres Kep Meranti Gelar Jumat Curhat Bersama Para Buruh Kapal Jelatik Di Bulan Ramadhan
- Banjir Terus Meluas di Inhu, Bupati Inhu Janjikan Solusi dan Rencana Perbaikan Infrastruktur
- Bupati Kuansing Serahkan Tanah Hibah dan Bangunan Koramil Inuman kepada Danrem 031/Wira Bima
- Videotron Percantik Wajah Kota Bagansiapiapi, Warga Bangga dengan Nuansa Modern
- Polda Riau Gelar Rapat Forum LLAJ 2025 untuk Pastikan Kesiapan Operasi Ketupat Lancang Kuning 2025
Mari Kita Jual HPN
Catatan Ian Situmorang

Ian Situmorang.
VokalOnline.Com - Memang tidak mudah mencari sisi positif dari sikap buruk yang dipertontonkan orang lain. Sebagai contoh, perilaku sekelompok wartawan yang mengaku sebagai pengurus PWI legal dan menuding pihak lain abal-abal jelas merupakan tindakan yang tidak terpuji. Namun, soal imitasi atau yang asli hanya bisa dibuktikan melalui respons dan partisipasi anggotanya, serta legalitas yang diberikan oleh pemerintah. Dalam hal ini, PWI yang dipimpin oleh Hendry Chaerudin Bangun (HCB) adalah yang sah.
Sangat aneh, Hari Pers Nasional (HPN) pada 9 Februari 2025 dilaksanakan di dua lokasi. Di Banjarmasin, lebih dari 1.500 wartawan dari 30 provinsi hadir meriah, mengikuti berbagai kegiatan. Meski ada masalah dan preseden buruk, saya justru melihat beberapa hal positif. Misalnya, kekompakan dan persahabatan yang tercipta di antara peserta yang hadir di Banjarmasin. Sayangnya, saya tidak bisa menggambarkan suasana di tempat lain.
Biarlah waktu yang menjawab kapan para pihak yang berbeda ini akan kembali bersatu dalam PWI dengan suasana damai, meredakan emosi. Seperti halnya dalam membangun rumah tangga, ada kalanya terjadi gesekan dan rujuk kembali.
HPN Mandiri
PWI didirikan di Solo pada 9 Februari 1949 dan telah merayakan ulang tahunnya yang ke-79 dalam berbagai kondisi. Peringatan tersebut selalu diselenggarakan dengan dukungan finansial dari pemerintah daerah yang berbeda-beda.
Namun, setelah pelaksanaan HPN di Banjarmasin, saya muncul dengan ide untuk menjadikan PWI lebih mandiri. Sudah saatnya PWI tidak lagi bergantung pada pendanaan dari pemerintah daerah. PWI bukanlah organisasi komersial, tetapi juga tidak boleh menjadi parasit. Salah satu cara untuk mencapainya adalah dengan mencari sponsor dan bekerja sama dengan stasiun televisi. Nama besar PWI sangat layak untuk dijual dan PWI bisa membangun hubungan simbiosis dengan perusahaan, termasuk BUMN di berbagai daerah.
Tahun depan, ada tiga kandidat yang bersaing menjadi tuan rumah HPN berikutnya. Tentu ada berbagai persyaratan yang harus dipenuhi dan akan diverifikasi. Namun, dari pengalaman di Kalimantan Selatan (Kalsel) pada Agustus 2024, di mana Banjarmasin menjadi tuan rumah Porwanas dan HPN, saya melihat model yang sangat berhasil. Menggabungkan dua acara besar di kota yang sama memungkinkan efisiensi dan efektivitas dalam pengelolaan acara serta pendanaan.
Ada satu hal lagi yang perlu dipikirkan: PWI bisa membuat kontrak kerja dengan daerah penyelenggara untuk dua tahun berturut-turut, bukan hanya untuk satu kali.
Ini semua masih ide yang bisa didiskusikan lebih lanjut. Tujuan utamanya adalah membuka wawasan, dan siapa tahu, pada 9 Februari 2026, HPN dapat disaksikan langsung oleh pemirsa televisi di seluruh Indonesia.
Mari kita jual event HPN dan melangkah maju!(*)
Berita Terkait :
